Musa bukan praja IPDN

April 2007
Kesaksian Ki Shadri

Ada dua alasan kenapa Thalut diangkat menjadi pemimpin Bani Israil. Pertama, karena Thalut memiliki keluasan ilmu dan kedua, karena Thalut memiliki kekuatan fisik, basthoh fil ‘ilm waljism. Dengan dua hal ini, ia memimpin Bani Israil melawan kekejaman penindasan Jalut (Goliath). Di bawah pimpinan Thalut, Bani Israil berhasil mengalahkan pasukan Jalut yang sangat kuat dan kejam. Pada saat itu pula, muncul anak muda bernama Dawud, yang melalui tangan Dawud lah, Jalut yang perkasa rubuh dan mati.  Kemudian setelah Thalut wafat, Dawud menjadi penggantinya dan menjadi seorang Nabi pula.

Keluasan ilmu dan kekuatan fisik merupakan dua hal yang dibutuhkan untuk memimpin Bani Israil pada saat itu. Dua hal ini pula yang dimiliki oleh pemimpin Bani Israil yang lainnya, yakni Nabi Musa.

Keluasan ilmu Nabi Musa sangat hebat, hanya Nabi Khidir yang ilmunya di atas Nabi Musa pada masanya. Sehingga ketika Tuhan  memberitahu, bahwa ada seseorang yang ilmunya lebih hebat dari Musa, maka Musa pun pergi mencari Khidir untuk berguru. Namun sayang, Nabi Musa tidak lulus seleksi penerimaan murid baru yang diselenggarakan Nabi Khidir.

Kekuatan fisik Musa, tidak diragukan lagi. Ketika itu Bani Israil termasuk Musa berada di Mesir, mereka menjadi bangsa kelas dua. Mereka ditindas bahkan banyak yang dijadikan budak oleh bangsa Mesir. Suatu ketika, seseorang dari kalangan Bani Israil dikejar-kejar penduduk asli Mesir. Ketika dia berlari, dia bertemu Musa, kemudian meminta pertolongan. Melihat orang dari kalangan bangsanya sedang dianiaya, jiwa korsa Musa mendorongnya untuk membela. Dia menampar orang Mesir itu. Tidak disangka, sekali tamparan Musa membuat orang Mesir itu game over. Begitu kuatnya fisik Musa. Maka kejadian inilah yang membuat Musa pergi meninggalkan Mesir untuk sementara waktu. Dia melarikan diri ke Madyan (Yordania). Dia bertemu dengan Nabi Syu’aib dan menikahi putrinya.

Musa, Thalut dan Dawud adalah  orang-orang yang memenuhi karakteristik pemimpin Bani Israil pada masa-masa itu. Namun sekuat apapun ilmu dan fisik mereka, mereka tetap mencintai bangsanya. Tidak pernah menindas juniornya. Thalut tidak menindas Dawud begitupun Musa tidak pernah memukuli Harun.

Suatu saat Nabi Musa meninggalkan Bani Israil untuk sementara waktu dan menitipkan umatnya kepada Nabi Harun. Namun pada saat Musa kembali, dia mendapati umatnya telah berubah akidah. Umatnya sudah menjadi penyembah patung lembu dari emas. Menyaksikan umatnya sesat, Musa marah besar. Dia bertanya kepada Harun tentang kejadian yang sudah menimpa umatnya itu. Dia pegang janggut dan kepala Harun karena kemarahannya. Sampai Harun memohon kepada Musa agar melepaskannya seraya memberikan alasan-alasan atas kejadian yang menimpa umatnya.

Kali ini, Musa benar-benar marah karena akidah umatnya telah rusak. Namun sekalipun teramat besar kemarahan Musa, dia tidak sampai memukuli Harun. Bagaimanapun dia tetap menyayangi saudara dan bangsanya. Jika kemarahan Musa saat itu membuat dia tega memukuli Harun, mungkin akan ada dalam sejarah, bahwa seorang nabi terbunuh oleh nabi yang lain. Untung saja, sekali lagi untung saja… Nabi Musa bukan praja IPDN.

Kesaksian Ki Shadri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar